Selasa, 19 Februari 2008

Minggu, 02 September 2007

MENGUAK FAKTA APAKAH SUDAH SELAYAKNYA HIMA STHAPATI ARSITEKTUR ITS DIBUBARKAN SAJA #1 (Pemahaman Jati Diri)




Beberapa otak dan hati berperang tentang apa yang terjadi di bumi STHAPATI ini.
Ketika apa yang sudah bertahun-tahun dibanggakan itu telah dirusak dengan virus "pengkeramatan sabda penguasa".

Baik, sebelum kita sedikit turut mencermati (dan semoga turut ber'empati') tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi. Alangkah baiknya kita belajar mengenal siapa sebenarnya kita dengan mencermati Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155/U/1998 yang sedikit di kros-cek dengan Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksaan Hima STHAPATI Arsitektur ITS.*)

• HIMA STHAPATI adalah organisasi yang dimaksudkan dan diatur dalam KEPMEN ini karena HIMA STHAPATI merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi pada tingkat Jurusan Arsitektur ITS. (AD/ART Hima Sthapati, KEPMENDIKBUD REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155 /U/1998 pasal 1.1 & pasal 3.2)
• Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi (STHAPATI) diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa. Dengan pengertian lain kita adalah Badan atau organisasi yang independen namun tetap dalam koridor wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa untuk menanamkan sikap ilmiah, pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama, serta menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. (KEPMENDIKBUD REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155 /U/1998 pasal 1.3, pasal 2 & pasal 4)
• Untuk memenuhi tujuan Pendidikan Tinggi yang telah ditetapkan oleh Negara, setiap perguruan tinggi minimal terdapat satu organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas kemahasiswaan yang dibentuk pada tingkatan perguruan tinggi, fakultas dan jurusan. (KEPMENDIKBUD REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155 /U/1998 pasal 3.1 & pasal 3.2)
• Bentuk dan badan kelengkapan Hima STHAPATI sudah ditetapkan berdasarkan kesepakatan antar mahasiswa dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, dan statuta Institut Teknologi Sepuluh Nopember. (KEPMENDIKBUD REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155 /U/1998 pasal 3.3)
• Derajat kebebasan dan mekanisme tanggungjawab organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi terhadap perguruan tinggi ditetapkan melalui KESEPAKATAN antara mahasiswa dengan pimpinan perguruan tinggi. (KEPMENDIKBUD REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155 /U/1998 pasal 6)


*) sengaja membahas hanya dari Kepmendikbud No 155/u/1998 dan AD/ART agar kita lebih mudah dalam mencermatinya. (lain episode akan dilanjutkan dengan kerangka acuan yang lebih luas.

Rabu, 27 Juni 2007

persetan dengan aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia


1#
Sekitar bulan desember (kalau tidak salah ingat) aku baru tahu alamat situs Kepolisian Negara Republik Indonesia. Disitu juga menyediakan kolom pengaduan masyarakat yang juga merahasiakan identitas pengadu. Dengan sangat antusias dan bangga terhadap kemajuan Polri saat yang memiliki program-program yang patut diacungi jempol. Dan akupun ikut menulis pengaduan dengan niat mendukung program-program Polri.
Namun hasilnya??? nihil.
Dari 3 kasus yang aku sampaikan, kasus pertama yang terjadi di Tulungagung memang aku memang belum sempat melihat lagi ke lokasinya. Namun di kasus ke2 yang aku ajukan, tepatnya ketika aku pulang kampung di Banyuwangi pertengahan Mei kemarin aku masih melihat Pelanggaran hukum itu masih saja berjalan. Parahnya, Kasus ke 3 yang aku tulis, sampai dengan kemarin malam, aku masih melihat perdagangan itu masih berjalan dengan mulus (dan sesekali beberapa anggota Polri terlihat membeli rokok di warung itu).

2#
Sekitar bulan pebruari ketika hunting foto di gilimanuk, bali. Motor kakakku yang sedang aku pakai kena tilang di pos pemeriksaan, di Pelabuhan Gilimanuk ketika hendak pulang, dengan kesalahan tidak menggunakan standart plat nomor. (padahal hanya berbeda jenis font dan ukuran hurufnya 3mm lebih kecil dari standart, dan kondisi yang aku lihat beberapa motor yang telah melewati pemeriksaan namun memiliki registrasi kendaraan bali atau 'plat DK' banyak yang ukuran plat dan fontasi huruf jauh lebih berbeda dari 'standar polisi'). Selain itu aku juga memperdebatkan sesuatu hal yang sangat tidak penting untuk dibahas dengan polisi yang bersangkutan. Aku memperdebatkan penggunaan kata 'aku' yang menurutnya tidak sopan untuk disampaikan kepada polisi ingusan itu. Dan akupun berpikir apalah jadinya lagu kebangsaan 'Garuda Indonesia' ketika lirik "...akulah pendukungkumu..." harus diganti karena dianggap tidak sopan.

3#
12 juni 2007 jam 17.10, sepulang dari tempat kerja. Ketika sampai di perempatan wonokromo, untuk menghindari mobil yang nyelonong saat lampu merah dari arah mobiltersebut, aku akhirnya menabrak bagian belakang mobil orang lain dan menyebabkan body motor pecah, dan kakiku yang terkilir. Padahal ada polisi yang sedang berjaga di perempatan itu. Dia hanya nyeletuk, "lho mas, apa mobil segede ini gak kelihatan, koq masih saja ditabrak saja". Tanpa memberi tindakan tegas kepada mobil pelanggar tadi.
Mana dedikasi seorang penegak hukum itu??

4#
tadi sore (26 juni 2007 jam 17.45) sepulang dari tempat kerja. Sempat aku memperhatikan seorang polisi dengan kendaraan dinasnya berada disampingku di sela-sela kemacetan daerah perlintasan kereta wonokromo depan RSI. Sesampainya di bawah jalan layang wonokromo, polisi yang mengaku bernama satrio dari kesatuan polwiltabes surabaya itu menghentikan laju kendaraanku, menanyakan kelengkapan surat, menegur warna lampu rem motor teman yang sedang aku pakai itu, dan akhirnya berujung pada penilangan. Kesalahanku yang dia lontarkan aku sedang memakai kendaraan yang lampu remnya membuat silau pengendara lain. OKlah , memang nilai silau itu menang relatif, dan menurut teman-teman yang melihat kondisi lampu motor itu tidak ada yang beragumen bahwa lampu ini membuat silau pengendara dibelakangnya, kecuali jika pengendara tersebut memang meletakkan matanya 10 senti tepat di depan lampu itu. Tapi polisi itu tetap saja memberikan tilang... setengah ikhlas aku mendapatkan perlakuan seperti ini.
Tapi, mengapa dalam saat yang sama polisi itu sempat bebicara kepada temannya yang namanya tertutup rompi bahwa dia baru mendapatkan tilangan sebanyak 1 saja (percakapan sejenis juga sudah beberapa kali aku dengar ketika aku berurusan atau melihat orang berurusan dengan Polri). Dan seolah-olah mereka mempunyai target setoran tanpa melihat sejauh mana kesalahan pengendara yang akan mereka mangsa.
Sungguh sama sekali tidak mencerminkan bahwa mereka seorang pengayom masyarakat.

KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA TELAH MENUAI KEBENCIAN DI MASYARAKAT KARENA AMANAH MEREKA SEBAGAI PENEGAK HUKUM DAN PENGAYOM MASYARAKAT TELAH BANYAK MEREKA JADIKAN SEBAGAI JALAN PINTAS MENUJU KESEWENANG-WENANGAN TERHADAP HUKUM YANG SEMESTINYA MEREKA TEGAKKAN.

KEPOLISIAN KITA TIDAKLAH BERBEDA DENGAN BONEKA-BONEKA POLITIK NEGARA BOBROK INI.

DARI MANA KITA SEBAGAI WARGA NEGARA AKAN MENJADI WARGA YANG TAAT HUKUM JIKA APARATNYA SUDAH KEHILANGAN DEDIKASI UNTUK MENGABDI KEPADA NEGARA DAN HANYA TUNDUK PADA SEBUAH PROMOSI

-rakyat jelata-

Rabu, 20 Juni 2007

minimalis atau kekosongan dalam arsitektur




Sebelumnya mohon maaf jika ada yang salah dalam penulisan ini..

Sekitar 11 bulan yang lalu aku pernah mendengar kuliah dari Ir. Gunadi, MLA. Beliau meyebutkan karakter salah satu arsitek jepang yang aku lupa namanya, arsitektur yang dekat dengan kesosongan dalam geometri.

Di sisi lain aku juga pernah sedikit mempelajari tentang Arsitektur Zen, dalam Arsitektur Zen, karya rancangnya cenderung menyuguhkan kekosongan arsitektur dalam bentukan geometri, yang berdampak pada psikis seseorang, yaitu merasa bahwa hanya ada 'aku' dan ruang ini. Dan manusiawi sekali ketika rasa seperti ini ada, sang manusia tersebut akan menjelajahi dan membaur dengan semua element yang bisa dilihatnya.

Pernah juga aku mempelajari artikel yang ditulis oleh Jay (arch dept of UNTAG baya) di milis mahasiswa-arsitektur-indonesia. Dia menyebutkan konsepsi kekosongan erat hubungannya dengan filosofi kehampaan Zen Buddhisme dan filosofi Lao Tzu dalam ajaran The Tao Te Ching dan ternyata tulisan si 'Jay' sama persis dengan artikel yang sudah ditulis oleh Herry Santosa (mahasiswa S2 Arsitektur ITB tahun 2001) yang isinya seperti berikut:

Emptiness or ‘Nothingness’ as totality of sense that grow up from the man’s soul. There is a something happens like union between himself with the existing of space. That all of the human senses try hard to explore and involve on space. He can feel with seeing, hearing, earing, and touching or grasping space. And one of the stimulus on design exploration that It can be appearing the sense of emptiness, is the composition (geometrical) of space.
The emptiness conception is related with the nothingness’s philosophy of Zen Buddhisme and Lao Tzu philosophy on The Tao Te Ching’s book. On space context, philosophy Zen conception and Tao being translated on technique and another situation that someone can composition space that It can be presenting the emptiness. The emptiness that feel it, is a form of calm’s thought, calm of the soul and senses, a form of conscious, consciousness of soul to trancendental sense; sense that being union, a union with the whole of nature that joined on ’single’ union.
The emptiness on architecture is related with a some of finding elemen’s topic, like : pregnant silent, ray and shadow, space and scale, nature abstraction, silent = a quiet thing, movement to ‘quiet thing’, complexity to simplicity, water as the source of live, and visibility caracteristic of sky.
The meaning of emptiness is not easy and quick to be understood and to be studied, because the process to find ‘meaning’ of emptiness is related with the whole of experiences human personality, that every people have a personal experiences distinction with the other. This situation will be influence the way of people reaction to their environment and get the typical reaction on a certain situation. Every people have space schemata respectively and those space schemata formed by universal basis stucture (archetypes), social and cultural structure, and individu caracteristic (idiosyncratic). So, with all of that reason, people need guider to feel the sense of emptiness.

Jika aku ambil singkatnya, kekosongan dalam ruang dalam filosofi ini adalah suatu media untuk ketenangan berpikir, ketenangan hati dan rasa, suatu bentuk kesadaran pada tingkat menuju kesadaran jiwa hingga kesadaran pada tingkat bawah sadar yaitu tingkat transendental perasaan; perasaan yang menyatukan, sebuah ke-satu-an dengan seluruh alam, yang bergabung dalam keseluruhan tunggal.
Karena setiap orang memiliki space schemata masing-masing dan space schemata ini dibentuk oleh struktur dasar yang universal (archetypes), stuktur kondisi sosial dan budaya, serta karakter individu. Sehingga dibutuhkan panduan dalam merasakan imaji kekosongan.

Selain itu bang Jay juga menulis 'Nothingness' Timur dan Barat memiliki karakter yang jauh berbeda. Konsep kekosongan barat cenderung dinilai dari bentukan yang ada atau berdasar dari penggunaan materialnya. Namun untuk arsitektur Timur, sebuah konsep kekosongan cenderung pada pendekatan filosofinya. Sebuah karakter yang erat dengan pendekatan religi.

Sedikit berbeda dengan perspektifku sendiri. Sebuah konsep kekosongan tidak membedakan arsitektur Barat dan Timur, karena dalam sebuah filosofi pun tidak bisa meninggalkan sebuah elemen pendukung seperti materialnya. Tidak bisa kita bayangkan jika ada suatu konsep Kekosongan dalam arsitektur yang pendekatannya dengan filosofi Meditasi Kejawen menggunakan dinding mozaik apapun bentuk atau polanya.

Kebuah konsep kekosongan yang mendekati dengan sebuah filosofi meditasi menyuguhkan komposisi material yang tepat seperti elemen batu, air, dan kayu, serta bagaimana sirkulasi angin juga bunar-banar diperhatikan sehingga seorang manusia akan mendapatkan titik ketenangan berpikir, ketenangan hati dan rasa, suatu bentuk kesadaran pada tingkat menuju kesadaran jiwa hingga kesadaran pada tingkat bawah sadar yaitu tingkat transendental perasaan; perasaan yang menyatukan, sebuah ke-satu-an dengan seluruh alam, yang bergabung dalam keseluruhan tunggal.

Kalau pun di barat sering disebut dengan konsep minimalis, menurut pahamku disana hanyalah sebuah tren mengkomposisikan material yang dipakai untuk menghindari banyaknya elemen yang menonjol atau dengan kata lain banyak bahasa yang berbicara.

Namun disisi yang berbeda lagi sebuah konsep kekosongan dan konsep minimalis banyak yang disalah artikan sebagai pemakaian bentukan-bentukan geometri saja....

-anak baru belajar-