Rabu, 20 Juni 2007

minimalis atau kekosongan dalam arsitektur




Sebelumnya mohon maaf jika ada yang salah dalam penulisan ini..

Sekitar 11 bulan yang lalu aku pernah mendengar kuliah dari Ir. Gunadi, MLA. Beliau meyebutkan karakter salah satu arsitek jepang yang aku lupa namanya, arsitektur yang dekat dengan kesosongan dalam geometri.

Di sisi lain aku juga pernah sedikit mempelajari tentang Arsitektur Zen, dalam Arsitektur Zen, karya rancangnya cenderung menyuguhkan kekosongan arsitektur dalam bentukan geometri, yang berdampak pada psikis seseorang, yaitu merasa bahwa hanya ada 'aku' dan ruang ini. Dan manusiawi sekali ketika rasa seperti ini ada, sang manusia tersebut akan menjelajahi dan membaur dengan semua element yang bisa dilihatnya.

Pernah juga aku mempelajari artikel yang ditulis oleh Jay (arch dept of UNTAG baya) di milis mahasiswa-arsitektur-indonesia. Dia menyebutkan konsepsi kekosongan erat hubungannya dengan filosofi kehampaan Zen Buddhisme dan filosofi Lao Tzu dalam ajaran The Tao Te Ching dan ternyata tulisan si 'Jay' sama persis dengan artikel yang sudah ditulis oleh Herry Santosa (mahasiswa S2 Arsitektur ITB tahun 2001) yang isinya seperti berikut:

Emptiness or ‘Nothingness’ as totality of sense that grow up from the man’s soul. There is a something happens like union between himself with the existing of space. That all of the human senses try hard to explore and involve on space. He can feel with seeing, hearing, earing, and touching or grasping space. And one of the stimulus on design exploration that It can be appearing the sense of emptiness, is the composition (geometrical) of space.
The emptiness conception is related with the nothingness’s philosophy of Zen Buddhisme and Lao Tzu philosophy on The Tao Te Ching’s book. On space context, philosophy Zen conception and Tao being translated on technique and another situation that someone can composition space that It can be presenting the emptiness. The emptiness that feel it, is a form of calm’s thought, calm of the soul and senses, a form of conscious, consciousness of soul to trancendental sense; sense that being union, a union with the whole of nature that joined on ’single’ union.
The emptiness on architecture is related with a some of finding elemen’s topic, like : pregnant silent, ray and shadow, space and scale, nature abstraction, silent = a quiet thing, movement to ‘quiet thing’, complexity to simplicity, water as the source of live, and visibility caracteristic of sky.
The meaning of emptiness is not easy and quick to be understood and to be studied, because the process to find ‘meaning’ of emptiness is related with the whole of experiences human personality, that every people have a personal experiences distinction with the other. This situation will be influence the way of people reaction to their environment and get the typical reaction on a certain situation. Every people have space schemata respectively and those space schemata formed by universal basis stucture (archetypes), social and cultural structure, and individu caracteristic (idiosyncratic). So, with all of that reason, people need guider to feel the sense of emptiness.

Jika aku ambil singkatnya, kekosongan dalam ruang dalam filosofi ini adalah suatu media untuk ketenangan berpikir, ketenangan hati dan rasa, suatu bentuk kesadaran pada tingkat menuju kesadaran jiwa hingga kesadaran pada tingkat bawah sadar yaitu tingkat transendental perasaan; perasaan yang menyatukan, sebuah ke-satu-an dengan seluruh alam, yang bergabung dalam keseluruhan tunggal.
Karena setiap orang memiliki space schemata masing-masing dan space schemata ini dibentuk oleh struktur dasar yang universal (archetypes), stuktur kondisi sosial dan budaya, serta karakter individu. Sehingga dibutuhkan panduan dalam merasakan imaji kekosongan.

Selain itu bang Jay juga menulis 'Nothingness' Timur dan Barat memiliki karakter yang jauh berbeda. Konsep kekosongan barat cenderung dinilai dari bentukan yang ada atau berdasar dari penggunaan materialnya. Namun untuk arsitektur Timur, sebuah konsep kekosongan cenderung pada pendekatan filosofinya. Sebuah karakter yang erat dengan pendekatan religi.

Sedikit berbeda dengan perspektifku sendiri. Sebuah konsep kekosongan tidak membedakan arsitektur Barat dan Timur, karena dalam sebuah filosofi pun tidak bisa meninggalkan sebuah elemen pendukung seperti materialnya. Tidak bisa kita bayangkan jika ada suatu konsep Kekosongan dalam arsitektur yang pendekatannya dengan filosofi Meditasi Kejawen menggunakan dinding mozaik apapun bentuk atau polanya.

Kebuah konsep kekosongan yang mendekati dengan sebuah filosofi meditasi menyuguhkan komposisi material yang tepat seperti elemen batu, air, dan kayu, serta bagaimana sirkulasi angin juga bunar-banar diperhatikan sehingga seorang manusia akan mendapatkan titik ketenangan berpikir, ketenangan hati dan rasa, suatu bentuk kesadaran pada tingkat menuju kesadaran jiwa hingga kesadaran pada tingkat bawah sadar yaitu tingkat transendental perasaan; perasaan yang menyatukan, sebuah ke-satu-an dengan seluruh alam, yang bergabung dalam keseluruhan tunggal.

Kalau pun di barat sering disebut dengan konsep minimalis, menurut pahamku disana hanyalah sebuah tren mengkomposisikan material yang dipakai untuk menghindari banyaknya elemen yang menonjol atau dengan kata lain banyak bahasa yang berbicara.

Namun disisi yang berbeda lagi sebuah konsep kekosongan dan konsep minimalis banyak yang disalah artikan sebagai pemakaian bentukan-bentukan geometri saja....

-anak baru belajar-